Di suatu tempat
di sebelah paling timur di Negara Indonesia tempat ku tinggal .... Aku ingin
menceritakan sebuah cerita yang mungkin tak enak untuk dibaca tapi ku percaya
ketika kalian membaca cerita ini kalian akan terhipnotis untuk terus ingin membacanya....
kalau begitu hayo kita mulai .....
Tanggal 19
Desember 2014 ....di sebuah jalan dari kota yang menuju kesebuah desa kecil,
yang cukup terkenal namanya, kita sebut saja dengan nama kamp. Impandoc, pas
pukul 15.30 sore seorang wanita yang pulang dari sebuah pasar turun dari sebuah
mobil angkutan umum, wanita yang sangat cantik dan mempersona ia hendak pulang
dan membawa sebuah kantung plastik yang hendak di bawa ke rumah sebagai tangan
buah, yang ia beli dari toko sebelah tempat ia berjualan untuk masak malam hari
itu, di desa itu wanita ini di juluki wanita yang tegas dan berani dan
sekaligus sebagai primadona atau kembang desa di kampung itu, namanya redhani,
dia adalah tulang punggung bagi keluarganya, dia pintar, dan cerdas, wanita ini
anak ke 2 dari 4 bersaudara, dia memiliki seorang kaka laki-laki bernama Fendy
yang pemalas, rakus dan kasar, dia juga memiliki 2 orang adik kembar perempuan
bernama Mila dan Nila, karena kondisi perekonomian mereka yang tidak memungkinkan
dia rela putus sekolah SMA kelas 2 demi membantu Ibunya yang sekaligus menjadi Ayahnya,
Ibunya hanya seorang petani Kasbi dan Pemarut sagu. Ayahnya tlah tiada ketika
usia Redhani memasuki usia 14 tahun,Ayahanya meninggal karena hendak
menyelamatkan Redhani dari sebuah kekacauan antara Pemerintah dan Masyarakat
setempat, karena sebuah tragedi masyarakat yang tidak mau di bohongi dan selalu
di curangi oleh pemerintah sehingga menimbulkan amarah masyarakat pada waktu
itu memuncak sehingga terjadi demo besar-besaran dan hampir menimbulkan banyak
korban jiwa, pada hari itu menurut Radhani hari yang tak mau ia ingat kembali,
karena hari meninggal Ayahnya tepat di hari ulang tahunnya, ketika hari itu
mereka hendak ke sebuah toko di Kota mereka pergi ke sebuah Toko ternama, dan
toko Tersebut untuk menjual barang yang ia inginkan sekali, meraka membeli
sebuah alat jahit yang di dambakannya,
Ayah :
“ Redhani di toko ini ada sebuah alat
yang kamu dambakan bukan? “
Redahni : “ Maksud Ayah “
Ayah :
“ Hayo kesini ikut ayah !” ( Ayahnya menunjuk kesbuah alat jahit yang di
dambakannya)
R : “ Wwuaaahhhhhhhh Ayah
Bagus Sekali, ini Ayah mau belikan untuk ku Ayah “ ( dengan perasaan senang
seakan tidak percaya). Ayah , Ayah maaf tetapi apakah uang Ayah cukup untuk
membelikan barang semahal ini, ayah belikan aku jarum jahit saja tidak mengapa
ayah.
A :
“ Iya ini Ayah akan belikan untukmu nak, karena Ayah bangga sama kamu, kamu
cantik, rajin, dan pintar pula, Ayahkan tahu kamu sangat suka membuat
gambar-gambar desain baju-baju dan ayah ingin kamu tidak Cuma menggambar, ayah
mau juga di buatkan baju dari hasil disainmu di kertas” “ dan kamu tidak usah
kwatir nak, uang itu ketika habis bisa kita mencarinya kembali, dan Ayah Masih
Kuat untuk mencarinya kembali , yang ayah tidak kuat itu melihat hasil desain
baju dari gambar2 mu ( sambil jari telunjuknya menyentuh hidung redhani)
R : “ Ayah Makasih Banyak
, ( sambil memeluk ayahnya dengan rasa senang dan air mata yang keluar) AKU
BANGGA PUNYA AYAH SEPERTI AYAH.
A : “ hey kamu menangis
nak, kenapa kamu menangis ?
R : “ Aku terharu Ayah,
Cuma Ayah yang bisa mengerti keinginan aku”
A : “ jangan menangis,
hidupmu itu berharga dan hargailah (sambil menghapus air mata redhani yang
mengalir sampai ke pipi), Ayah Cuma ingin berpesan 1 hal padamu nak, jangan
pernah menyerah dengan sebuah keadaan yang serba kekurangan, kita di kasih
tangan dan kaki itu serta bisa hidup di dunia ini, sudah lebih cukup dari
apapun, selebihnya kitalah yang harus memperjuangkan semuanya, kamu jangan
pernah berfikir kejadian akan bernasib sama dengan sekarang pada dirimu, tetapi berfikirlah dunia kita akan indah pada
masa yang akan datang, tugas kita hanya berjuang dan biarkan Tuhan yang
mengatur semuanya nak......
R : “ iya Ayah.... ( sambil
menangis dan memeluk ayahnya kembali)
A : “ satu lagi, tetap
kuat dan tegar yah dan harus banyak membuat gambar untuk ayah okey .....”
R : “ siap Ayah ......
Redhani dan
Ayahnya datang ke kasir untuk membayar barang yang ia sudah memesannya .... dan
setelah karyawan Toko sudah membungkusnya Redhani dan Ayahnya siap menuju
pulang.
Dengan rasa
hati yang sangat senang pada diri redhani waktu keluar dari toko, matanya
selalu melihat ke arah barang yang di bawa oleh Ayahnya, dan dia berkata “ Ayah
aku janji akan membuatkan jaket Hangat untuk Ayah, biar Ayah tidak merasa
kedinginan ketika Ayah bekerja di malam hari.” “kamu benar buatkan untuk Ayah
yah “ jawab ayahnya. “iya Ayah”. Betapa bahagianya hari itu, ketika mereka
hendak menyebrang dan menunggu Taxi yang menuju ke kampung Impandoc tiba-tiba
suara triakan orang orang datang dari sebelah barat ...... ( kita tidak ingin
di tindas, kita tidak ingin di perbudak, kami bukan orang bodoh) suara yang
mereka dengar dari tempat mereka menunggu Taxi, dan suara itu semakin lama
semakin mendekat ke arah mereka, dan perasaan Ayahnya sudah tidak enak dan
ayahnya sadar bahwa akan ada Demo di kota tersebut, maka Ayahnya Redhani pun
menarik tangannya dan mencari tempat berlindung .”nak Hayo nak kita harus cepat
kita harus mencari tempat untuk berlindung “. “ ada apa Ayah, apa yang terjadi
“ tanya Redhani, di usianya yang memasuki 14 tahun dia masih tidak mengerti
dengan apa yang sedang mereka alami berdua, “ ada terjadi Demo nak dan Ayah
juga belum tahu apa penyebab Demo ini tetapi mereka menuju kantor Pemda jadi
kita harus segera menjauh dari sini”.sambil menggemgam tangan anaknya ia mulai
berlari dengan rasa kwatir yang tinggi dan takut hal yang aneh menimpa
Ayahnya... tak lama dari arah yang berlawanan mereka berdua mendengar suara
sirine polisi yang menambah rasa kwatir pada Ayah Redhani, “Ayah, Ayah apa yang
terjadi, aku takut ayah, “ suara yang keluar dari mulut Redhani, “ kamu tidak
usah kwatir yah nak, tidak akan terjadi apa-apa dan kita berdua akan baik-baik
saja...” jawab ayahnya untuk menenangkan hati anaknya. “ tetapi ayah kok banyak
sekali polisi mendekat ke arah kita, dan lihat itu Ayah banyak sekali
orang-orang menuju kesini di atas mobil sana ayah “ sambil menunjuk ke arah
truk yang mengangkut masyarakat sekitar. “ kamu tenang yah nak “ jawab ayahnya.
( kami tidak ingin di tindas, kami tidak ingin di perbudak) suara terikan itu
semakin keras terdengar oleh mereka berdua. ( kami dari pihak kepolisian
mengharapkan jangan ada tindakan yang lebih dari ini dan jangan kami harap para
masyarakat kembali kita selesaikan secara hukum dan mufakat) jawab salah satu
dari polisi... (kami tidak mau, dan kami tidak perduli dengan semua omong
kosong yang kalian berikan kepada kami, ) jawaban balasan dari masyarakat. “Ayah
redha takut, ayah ...... “ sambil menangis dan ketakutan. Ayahnya bingung dan
harus berbuat apa kejadian yang memojokan dirinya dan anaknya yang terjebak
dalam kekacauan masyarakat... “nak kamu tenang yah nak ...” jawab sang ayah
sambil mencari jalan keluar dari kondisi itu... tetapi hal yang tak terduga
terjadi, dari pihak masyarakat turun dari truk dan mendekat melawan polisi
semua turun dan berlari menuju ke arah polisi untuk menerobos jalan menuju ke
kantor Pemda , karena gerakan yang di lakukan masyarakat polisi secara terpaksa
melemparkan gas mata air sebagai tanda peringatan, gas itu jatuh berdekatan
dengan tempat redhani dan ayahnya bersembunyi, yang membuat perasaan redhani
semakin takut, dari arah masyarakat tidak perdulikan gas itu dan mereka balik
membalas dengan melempar batu-batu besar ke arah polisi. Dan dari sisi sebelah
kanan polisi segerombolan masyarakat datang lagi dan melempari mereka dengan
batu juga dan menyerang mereka dengan kayu bambu panjang yang ujungnya mereka
tajamkan sehingga melukai dan bahkan membuat salah satu anggota polisi tewas
... dan dengan serangan yang tiba-tiba itu menambah masyarakat maju dan
menyerang polisi dengan serangan yang membabi-buta sehingga menimbulkan banyak
anggota polisi banyak yang tewas, teriakan demi teriakan terngiang di telinga
mereka berdua, jeritan ( ampun , ampun jangan bunuh saya ) dari salah satu
polisi yang sudah terkena lemparan batu dan tusukan dari bambu runcing , (kami
tidak perduli) jawab masyarakat . “
aaaaaaaaahhhhhhhhhhhaaahhhhhhh “ triakan redhani melihat kejadian itu yang
membuatnya syok, ayahnya semakin takut dan bingung karena tidak ada jalan
keluar dari kondisi seperti itu .... dengan perlawanan yang terus-menerus di
lakukan oleh masyarakat memicu keemosian pihak polisi untuk melawan balik, dan
dengan terpaksa polisi harus meluncurkan tembakan-tembakan peluru bebas ke arah
masyarakat dan tidak tentu arah karena suasana begitu terhalangi karena gas
mata air dan lemparan batu yang menghalangi pemandangan mereka , mendengar
suara tembakan ayahnya Redhani pun melindunginya dengan memelukanya dengan
kuat, sambil membelakangi arah kejadian, ....tembakan peluru bebas membuat
banyak korban pada masyarakat dan memicu amarah kepada masyarkat dan semakin
membabi buta serangan mereka, ... konflik yang terjadi sangat kacau , dan menakutkan
, salah satu dari peluru bebaspun melayang ke arah kepala belakang Ayahnya
redhani dan menewaskan ayahnya .... ia belum menyadari apa yang terjadi kepada
ayahnya, karena sang ayah mencoba menahan rasa sakit yang ia terima, tetapi
tidak terduga sang ayahpun mengeluarkan darah dari mulutnya yang membuat
redhani berteriak untuk kedua kalinya, “ ayaaaahhhhhhhhh, ayaaahhhhhh,
ayaahhhh,,, ayah kenapa ayah, ....” sambil menangis dalam kondisi itu ayahnya
tidak bisa bersuara dan redhanipun masih tetap bertanya sambil menangis dan
memeluk ayahnya..... “ayah , ayah kenapa, ayah jangan mati, ayah , hemhemhem,
ayah .... ayah jangan pergi tinggalin Redhani, tolonggggg... tolonggggg..... “
redhani mencoba untuk membangunkan ayahnya untuk berdiri, .... “ Redhani kamu
harus kuat yah nak, jangan pernah takut dengan sebuah keadaan apapun yang
menimpamu, ayah sangat sayang kamu nak .”jawab ayahnya sambil mengelus kepala
redhani dengan tenaga yang tersisa, ayahnya redhanipun meninggal di pelukan
redhani karena kehabisan darah, ..... “ ayahhhh, ayaahhhhhh ,
ayaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh, “ teriakan redhani sambil meneteskan air mata yang
jatuh kepipi ayahnya.” Ayahhhhh jangan pergi , ayah jangan tinggalin redhani,
ayah jangan pergiiiiiii” ......tak lama bantuan polisi datang dan membuat
masyarakat mundur dan menjauh dari tempat kejadian. Dan salah satu polisi
melihat Redhani dan ayahnya yang sudah meninggal berada di belakang tongsampah
kecil pas di pinggir tiang.... dan membawa mereka berdua ke kantor polisi......
untuk di amankan .... “bersambung”
Keesokan hari
air mata yang tak pernah berhenti untuk jatuh membasahi pipi ayahnya yang sudah
berbaring di selimuti kain putih dn membaluti seluruh tubuhnya , iya trus
mengeluarkan suara lirih yang masih tidak percaya dengan ketidak beradaan cinta
pertama dan orang yang paling begitu iya sayang, orang yang menurutnya paling
mnegrti dan memahami apa yang ia inginkan selama ini, pahlawan yang tak pernah
bisa menolongnya lagi ketika ia disakiti abang kandungnya yang kasar dan rakus,
tidak pernah bisa lagi ia merasakan tawa dan suara orang yang selalu
menceritakan betapa menakjubkannya dunia ini ketika ia hendak ingin tidur, ia
masih belum bisa menerima kehilangan sosok lelaki yang selalu memotivasinya
untuk trus berjuang ....
“ Ayah , Ayah
.... kenapa ayah tega tinggalkan Redha yah ....., redha sudah berjanji untuk
membuatkan ayah busana dari hasil gambar redha, Ayah, ayah kenapa harus pergi, ayah,
ayah , ayah bangun, ayah suka bercanda, ayah lagi tidur kan yah, ayah lagi
kecapean kan makanya tertidur trus yah , hemhem hem,..” tangisan redhani yang
dari semalam belum berhenti.
“ehemehem redha
sudah nak, sudah kamu harus terima kenyataan ayah sudah tiada nak” tegur ibunya
sambil memeluk redhani, “tidak ibu, ayah hanya tertidur bu , sebentar lagi juga
ayah bangun bu, (sambil menghadap ke ayahnya) ayah bangun yah.... nanti redha
bakal masakin masakan ke sukaan ayah ...” jawab redha yang masih sedih dengan
kepergian ayahnya. “kamu yang sabar yah nak, ibu juga sedih dan sangat
kehilangan ayahmu, tetapi kita harus terima “ jawab ibunya. “ itu salah lu ,
makanya ayah bisa pergi, makanya jadi anak gak usah sok sok an buat bermimpi
dan gw aja yang ulangtahun ga pernah mau punya apa-apa, seandainya kemaren lu
ga ulang tahun Ayah ga akan pergi “ sahut Fendy dengan kasar dan lantang.
Mendengar perkataan Fendy, Redhani semakin merasa sedih dan sangat terpukul, ia
merasa sangat bersalah, “ apa-apaan kamu Fendy, Ayah sudah tiada itu bukan
salah Redhani, dan ayahmu yang mengajaknya ke kota, harusnya kamu menghiburnya
bukan malah membuatnya merasa bersalah seperti ini”balas ibunya yang tidak suka
dengan perkataan Fendy. “alah ibu, sudah lah jangan belain dia , memang wanita
satu ini selalu buat sial untuk keluarga kita bu, dia harusnya sadar dengan apa
yang dia liat di depan wajahnya bu “ jawab Fendy yang semakin memperburuk ke
adaan. “sebaiknya dalam ke adaan seperti ini tidak ada yang harus disalahkan
dan tidak boleh saling menyalahkan, ketidaak adaan bapak itu sudah takdir Allah
mungkin memang sudah waktunya, beliau harus pulang ke Rahmatullah, alangkah
baiknya sekarang kita doakan beliau dan berharap semoga beliau diterima disisi
Allah SWT.” Nasehat pak ustad. Kehilangan sosok pahlawan yang tak bisa
terbenung kesedihan yang amat sangat besar yang dirasa redhani. Tetesan demi
tetesan selalu ia keluarkan sepanjang jalan pemakaman Ayahnya. “Ayah semoga
ayah tenang di sana yah, maafin redha jika redha punya salah sama ayah, redha
janji bakal ingat semua pesan-pesan ayah ke redha, selamat tinggal ayah semoga
ayah tenang di alam sana.”
Sepulang
redhani dan keluarganya dari pemakaman redhani menghampiri sebuah foto ayah dan
dirinya, begitu banyak kenangan-kenangan yang masih terasa di dalam hati, dan
bayang-bayang Ayahnya masih ia rasakan.
Setahun telah
berlalu, dan dengan rasa trauma ia masih merasakan bayang-bayang sosok Ayahnya
yang terjadi saat dirinya dan Ayahnya berada dalam kondisi kekacauan masyrakat.
Sambil mengelus foto Ayahnya yang sambil duduk di atas kasur tempat tidurnya,
air matanya tak pernah bisa ia tahan karena kesedihan yang mendalam atas
kehilangan orang yang sangat ia sayangi, “ nak sudah setahun Ayahmu meninggal,
kamu masih belum bisa juga menahan rasa sedih mu nak,” sapa ibunya sambil
mengelus- elus kepalanya redhani.” Ayah Bu, dia disana bahagia gak yah, apakah
ada temannya ia disana bu, “ suara yang diiringi dengan tetesan air mata. “ nak
sudah nak, Ayahmu pasti sangat sedih jika kamu seperti ini, dia pasti bahagia
nak disana, jangan kamu habiskan air matamu untuk menangisi ayahmu ibu juga
merasa kesepian tidak ada ayah disini, tetapi kita harus relakan kepergian
Ayahmu biar Ayahmu tenang disana “ Jawab ibunya yang hatinya menjadi sedih.
“seandainya kami waktu itu tidak pergi ke kota, mungkin Ayah masih ada disini
bersama kita bu”jawab redhani. “ yang sudah biarlah sudah nak, itu memang sudah
takdir yang Allah SWT tentukan dan kita tidak bisa mengelaknya, ya sudah Ibu
sudah menyiapkan makanan untuk makan kita hari ini, dan kamu juga mau kepasar
untuk berjualan kan” jawab ibunya. “iya bu .... “jawabnya sambil lirih.
Sudah lama
sejak kematian Ayahnya Redhani tidak pernah membuat desain sketsa baju,
pekerjaannya yang hanya membantu ibunya berjualan di pasar untuk menafkahi
keluarga karena hanya dirinya yang bisa di harapkan, dan kesedihannya tentang
kepergian Ayahnya masih terbayang-bayang olehnya, wanita itu turun dari mobil
membawa buah tangan yang di beli di pasar di toko dekat ia berjualan, “Ibu
Redha pulang bu, Mila Nila sini de, “ sapanya di sore itu, “iya ka, kaka sudah
pulang ka” jawab adik2nya. “ ini buku tulis dan pensil masing-masing kalian
mendapat 2 jangan pada berebut, rajin-rajin kalian belajar yah” . “hore , kita
dapat buku baru lagi, makasih banyak ka Redha” Jawab adik2nya dengan perasaan
senang. Redhani sangat sayang dan lembut
hatinya begitu tulus rasa sayangnya kepada keluarganya, dia begitu perduli akan
masa depan adik-adiknya yang ia harapkan tidak seperti dirinya yang tidak bisa
melanjutkan sekolah, begitu juga terhadap abangnya sendiri walau begitu kasar
ia tidak pernah ingin membenci bahkan menjauhinya.
Bunyi suara api yang membakar
wajan di atas kompor dan berisi minyak
itu membuat ramai dapur di sore itu, dan suara ketukan pisau yang
mengiris-ngiris bumbu yang akan di masukan redhani ke dalam masakan Ayam goreng
kesukaan keluarganya,”masakan sudah siap....... ayo-ayo mari makan ,Ibu, Mila,Nila
mari makan, bang , bang .... Fendy”suara Redhani mengajak makan sore.
“Hemmmmm harum sekali wanginya,
iya pasti enak masakan buatan kaka ku” sahut Mila dan Nila.”kalian harus makan
yang banyak yah biar belajarnya semangat” ujar Redhani. “iya ka....pasti aku
akan makan banyak”jawab adik-adiknya. Tiba-tiba suara lelaki pemalas terdengar
dan menghampiri meja makan “ huahhhhh (uapan mulut fendy)”mari ka makan” ujar
Redhani.” Masak Ayam lagi , kenapa sih masak Ayam terus kaya ga ada masakan
lain apa, atau loe ga bisa masak yang
lain , untung perut gw lagi laper jadi terpaksa
gw makan nih makanan “ ujar Fendy yang sambil mengambil potongan Ayam 2 buah. “
Astakfirullah nak istigfar kamu, bersyukur kita masih bisa makan hari ini,
dengan daging, orang lain belum tentu bisa makan, makanan seperti kita nak”jawab
Ibunya membalas perkataan Fendy yang tidak sopan. “ harga daging mahal ka, uang
penjualan jika kita paksakan beli daging sapi kita ga akan ada tabungan untuk memenuhi kebutuhan kita dan untuk modal jualan
lagi” ujar Redhani. “ Ah kenpa sih dengan kalian, dan kenapa kita harus hidup
susah trus, dan untuk Ibu kenapa sih belain Redhani trus, Ibu gak inget setahun
lalu siapa yang udah bikin bapak meninggal, kalo masih ada bapak bu, kita gak
terlalu susah begini” ujar Fendy. “ sudah cukup Fendy, kamu memang keterlaluan”
jawab Ibunya yang mulai marah dengan
ucapan Fendy di meja makan. “ bang , abang kenapa sih, sepertinya Aku selalu
salah di mata abang, apa salah ku bang” ujar Redhani. “ hah loe baru sadar
sekarang kalo lu banyak salah , bagus lah, dan gw kasih tau yah lu tuh gak tau bertrima kasih jadi orang, dari
dulu kehidupan loe selalu di bikin enak sama Ayah dan Ibu, tetapi malah loe
bikin Ayah kita ga ada sampai sekarang”
ujar Fendy yang meninggalkan meja makan sambil memukul meja.
Mendengar perkataan fendy tiba-tiba
air mata menetesi nasi yang berada di depan dadanya, terpukul serta kecewa yang
ia rasakan, kesedihan begitu cukup lama mulai memudar kini kembali bergelora
dan teringat kembali atas perkataan fendy di meja makan. “ kaka sudah ka jangan
sedih kaka sudah tau kan abang Fendy memang begitu orangnya” ujar Mila dan Nila.
Selesai manaruh piring Redhani segera meninggalkan meja makan dan pergi ke
kemar, dan mengunci pintu kamar.
Lubang kesedihan itu terbuka dan
membuatnya tak kuat tuk menahan kerinduan kepada ayahnya, terdengar suara
tangisan sampai keluar. Walaupun begitu
tegar dirinya dan begitu kuat kepribadiannya, tetapi redhani adalah seorang
wanita yang memiliki rasa sedih dan begitu rapuh dalam dirinya yang tak pernah
orang mengerti dan pahami, dan hanya Ayahnya yang bisa memahami apa yang akan
menjadi keinginannya.
Ayahnya bernama Nazar, Lelaki yang sangat di
banggakan karena dari kecil Ayahnya selalu menjadi Motivator untuk dirinya. Kata-kata yang terngiang dan selalu di ingat
olehnya Pesan dari Ayah untuknya “ Kuat dan Tegarlah nak, semakin tinggi pohon,
akan semakin sulit kita menghadapi kencangnya angin yang menerjang diri kita, tetapi
kita akan tetap berdiri jika kita memiliki akar yang kuat, biarkan apa yang
pikiranmu pikirkan terus kau tanam, karena tidak semua orang memiliki pemikiran
dan sebuah mimpi, jadi terus lah kibarkan mimpimu dan taruh di atas dan biarkan
tanganmu menggapainya. Sekarang jangan pernah takut lagi yah.”
Redhani dari
kecil sangat suka menggambar, sebuah baju desain-desain dan hanya ayahnya yang
mengetahui apa yang ia kerjakan, di
samping itu redhani sangat pintar dalam membuat pola baju untuk di jahit. Dan
ia berharap suatu saat ia akan menjadi serorang pembuat desain baju terkemuka
di masa depannya kelak. Tetapi sejak Ayahnya pergi ia merasa sudah putus asa
untuk melanjutkan dan meraih mimpinya, di balik itu dia harus sibuk membantu
memenuhi kbutuhan keluarganya. Yang membuatnya sulit untuk mengembangkan
kemampuannya.
Di suatu hari ketika redhani
hendak berangkat ke pasar untuk berjualan dia melihat sebuah sosok anak kecil
yang di sisinya sangat mirip dengan sosok yang ia kenal dulu, yang tak sengaja
ia sempat meneteskan air mata, tetapi ia sadar bahwa Ayahnya sudah tidak ada.
Keika di perjalanan menuju
tempatnya berjualan Redhani berbicara kepada dirinya sendiri, “seandainya Ayah
masih ada mungkin, aku sudah bisa membuka toko baju yang kita bangun berdua
Ayah, sampai detik ini aku tidak pernah bisa menahan sedih jika mengingatmu,
betapa besar rasa kehilangan yang kurasa Ayah”......
Tanah Kelahiran Ku,
Aku hidup di pulau paling
timur di negeri yang di sebut dengan paru-paru dunia, dan julukan untuk di
pulau ku yaitu Mutiara hitam, dan batu karang Panas, Yaitu Pulau Biak
tercintaku, aku sangat bangga dengan kehidupan disana, keluarga yang homonis ,
tidak ada sebutan tetangga , tetapi julukan yang biasa kita sebut dengan
keluarga, saling berbagi saling menolong itu ciri khas yang tidak aku temui
selama di jakarta, kehidupan yang amat masih tradisional yang kujalani tapi
begitu indah dan tak terlupakan ku rasa.
kehidupan yang jauh dari
jangkauan orang-orang kota, laut yang membentang mengelilingi pulau kami, pasir
putih yang terbentang luas dan batu karang yang masih begitu asli. kehidupan
kami memang tidak dimanjakan dengan uang,
jika kami ingin minum, kami harus mengambil ke bawah tebing perbatasan laut dengan darat, disana ada air
yang di sebut dengan air salobar, air yang terasa sedikit asin, tetapi karena
terbenuk dari alam air itu menjadi menjadi air untuk mengimbangi kehidupan
kami, aku ingin meberitahukan kepada kalian betapa mengagungkannya tanah airku.
Pulau Biak, pulau yang amat
indah dan pulau pertama injil masuk ke daerah tanah Papua, dan ornament itu
kami abadikan di sebuah pulau kecil yang di sebut dengan raja 3, kenapa disebut
dengan raja 3, karena pulau kecil yang berada di dasar air itu membentuk sebuah
mahkota yang jika di lihat dari jauh bagus dan unik, pasir pustih yaang
membentang luas, keunikaan batu arang yang masih tersisa menghiasi pulau kani
jika kalian lihat dari jauh.
kehidupan kami cukup unik,
bahan makanan pokok kami tetaplah beras yang dimask menjadi nasi, tetapi kami
sangat suka dengan makanan yang di olah dari sagu dan di campur dengan air
panas yang baru mendidih dan jika sudah kita aduk sampai mengental, makanan itu
biasa kita sebut dengan Papeda. julukan untuk anak perempuan kami atau wanita
di tanah kelahiran di pulau Biak, biasa kami sebut dengan Insos. dan untuk
laki-laki dari pulau kami di (). mata pencaharian kami berkebun dan mencari
ikan di laut.
banyak julukan dan ciri khas
sebutan daerah-daerah kami biasa menyelam atau mencari ikan pada malam hari,
atau dalam bahasa daerah kami "malo saat air turun" air turun dalam
bahasa kami itu artinya air surut. dan julukan untuk pulau biak (Bila Datang
akan Kembali), maka dari itu kenapa aku masih mengingat kehidpan disana karena
aku merindukan keluarga ku, terutama pulau itulah aku dan Ayah Ku berpisah.
sesuatu yang sangat tidak bisa aku lupakan.